6 Desa Adat di Bali untuk Pengalaman Budaya Tradisional Bali yang Seru!

Pulau Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang mampu memukau siapapun yang datang. Pulau yang selama ini disebut Pulau Dewata ini juga terkenal dengan kekayaan budaya dan adat istiadatnya yang masih dijunjung hingga saat ini – khususnya di desa-desa adat di Bali.

Jika ingin melihat langsung betapa kayanya budaya dan adat istiadat Bali, Anda bisa langsung mengunjungi 6 desa adat di Bali ini. Di sini, Anda akan dimanjakan dengan ragam budaya Bali yang sangat kental. Dan pastinya akan selalu bikin kamu pengen kembali karena kampung adat di Bali ini sangat istimewa.

Desa Adat di Bali

1. Desa Penglipuran

Desa adat di Bali ini wajib untuk kamu kunjungi karena desa ini sudah sangat terkenal di mata dunia. Desa Penglipuran terletak di Kubu, Kabupaten Bangli yang berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Denpasar.

desa adat Penglipuran Bali

Nama Desa Penglipuran berasal dari kata Lengeling dan Pura yang artinya mengingat tempat suci (pura leluhur). Penduduk desa ini adalah masyarakat Bali Mula yang aslinya berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani, yang kemudian merantau ke Desa Kubu Bayung yang kini menjadi Desa Penglipuran. Mereka kemudian menetap dengan tetap menjaga keagungan filosofi budaya mereka.

Suasana yang ditawarkan Desa Penglipuran sangat tenang dan asri karena berada di dataran tinggi. Tidak hanya itu, desa ini tentunya memiliki beberapa keunikan yang tidak bisa Anda temukan di desa lain, seperti rumah penduduk yang terlihat identik di bagian depan. Desa ini juga memiliki gang yang rapi, bersih, dan asri dimana kamu bisa menyusuri gang ini sambil sesekali berfoto.

desa adat Penglipuran Bali

Hal unik lainnya dari desa adat Bali ini adalah adanya larangan kendaraan bermotor memasuki kawasan desa ini. Jadi bagi anda yang ingin berkunjung kesini harus jalan kaki karena harus parkir kendaraan di luar desa. Berkat aturan ini, desa ini sangat hijau dan udaranya sejuk bebas polusi!

2. Desa Tenganan Pegringsingan

Desa adat di Bali selanjutnya adalah Desa Tenganan Pegringsingan atau biasa dikenal dengan Desa Tenganan. Desa ini terletak di Kabupaten Karangasem yang berjarak sekitar 60 kilometer dari pusat kota Denpasar.

desa adat Tenganan Bali

Desa seluas 917,2 hektar ini dihuni oleh penduduk Bali Mula yang hingga saat ini masih memegang teguh aturan adat nenek moyangnya. Masyarakat Desa Tenganan memiliki peraturan yang biasa disebut dengan Awig-Awig. Beberapa contoh dilarang poligami atau perceraian. Selain itu, terdapat pula aturan yang mengatur tentang tata pemerintahan, hak atas sumber daya alam, hak atas tanah, pendidikan, perkawinan, dan upacara adat.

Meski masih berpegang teguh pada aturan nenek moyang, masyarakat desa ini sangat terbuka terhadap hal-hal baru atau modernisasi seperti listrik, kendaraan bermotor, dan alat komunikasi. Selain itu, Anak-anak di Desa Tenganan didorong untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Masyarakat adat di Bali juga memiliki bakat yang luar biasa salah satunya adalah terbiasa menenun kain gringsing sendiri, dimana kain ini hanya diproduksi di desa ini. Tidak hanya kain tenun saja, Anda juga bisa melihat ukiran atau lukisan daun lontar.

Saat berkunjung, pastikan Anda punya waktu untuk mengobrol dengan penduduk di sana dan mendengarkan sedikit cerita mereka. Tak hanya itu, kamu juga bisa melihat upacara adat yang biasanya diadakan pada bulan Januari, Februari, Juni, dan Desember.

3. Desa Nyuh Kuning

Desa Nyuh Kuning juga menjadi salah satu desa adat di Bali yang tidak boleh anda lewatkan. Desa Nyuh Kuning yang indah ini terletak di Jalan Raya Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

Nyuh Kuning desa adat Bali
Nyuh Kuning Traditional Village, Bali

Wisatawan tertarik ke desa ini karena budaya dan adat istiadat masyarakatnya yang masih tradisional dan belum tersentuh modernisasi. Desa Nyuh Kuning dibangun dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu menjaga keharmonisan dan keharmonisan dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesamanya, dan juga antara manusia dengan Tuhan.

Wisata yang disuguhkan desa ini cenderung mengadopsi budaya lokal dan alam tanpa sentuhan modernisasi. Jadi saat Anda berkunjung ke sini, Anda bisa menikmati alam dan budaya khas pedesaan sekaligus. Biasanya aktivitas yang sering dilakukan wisatawan di desa ini adalah bersepeda atau jalan-jalan keliling desa. Alam yang hijau dan sejuknya udara di desa ini tentunya mampu menghilangkan kejenuhan dari rutinitas harian Anda.

turis di nyuh kuning

Anda bisa menginap di rumah penduduk untuk berbaur dengan masyarakat sekitar dan mengenal lebih jauh tentang budaya mereka. Tak hanya itu, pada malam hari Anda akan disuguhi pertunjukan tari tradisional yang sangat menarik. Setelah puas menyaksikan kegiatan tari tradisional, Anda juga bisa mencicipi hidangan khas desa ini yang dimasak secara tradisional.

4. Desa Trunyan

Desa Trunyan atau Terunyan memang merupakan salah satu desa tradisional di Bali yang cukup mendunia. Anda bisa mengunjungi desa yang berada di tepi Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini dengan menaiki perahu melintasi Danau Batur.

Desa Trunyan sangat terkenal dengan prosesi pemakamannya yang unik, sehingga menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Tradisi ini cukup unik karena masyarakat Desa Trunyan tidak menguburkan jenazahnya melainkan hanya membaringkannya di tanah di bawah pohon Taru Menyan. Karena itulah, desa ini dinamakan Desa Trunyan.

Makam ini sering disebut juga dengan Sema Wayah, dimana hanya terdapat 11 kuburan yang mengelilinginya, sehingga jenazah harus diletakkan bergantian. Masyarakat Desa Trunyan tidak menambah jumlah kuburan karena nenek moyang mereka memberikan aturan bahwa jika tubuh baru, makan tubuh lama atau yang sudah menjadi kerangka harus dibuang.

makam di desa Trunyan

Meski jenazah di desa ini tidak dikuburkan, Anda tidak akan mencium bau busuk saat berkunjung ke sini. Masyarakat setempat meyakini bahwa pohon Taru Menyan memiliki aromanya sendiri sehingga dapat menetralkan bau busuk di sekitarnya.

5. Desa Kapal

Desa adat di Bali selanjutnya adalah Desa Kapal yang terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Desa ini juga menjadi incaran wisatawan karena sarat budaya dan juga memiliki keunikan tersendiri.

Berbagai tradisi masih dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh penduduk desa. Oleh karena itu jika anda berkunjung kesini kemungkinan besar anda bisa melihat salah satu tradisi yang sedang dianut oleh penduduknya, salah satunya adalah tradisi Aci Rah Pengangon atau tradisi perang Tipat – Bantal.

Tradisi perang Tipat – Bantal atau Aci Tabuh Rah Pengangon biasanya dilaksanakan sekitar bulan September hingga Oktober setiap bulan purnama kapat atau bulan purnama keempat dalam penanggalan Bali.

Selain ragam tradisi yang menarik perhatian, desa adat di Bali ini juga memiliki pura yang cukup terkenal yaitu Pura Sada. Pura ini terletak di sekitar pemukiman penduduk dan diyakini sebagai salah satu pura tertua yang konon dibangun sekitar tahun 830 M.

Tak hanya itu, tentunya kamu juga akan disuguhi dengan pemandangan pedesaan yang sangat indah yang bisa menyegarkan mata. Hal ini dikarenakan kawasan Desa Kapal tidak seramai kota, sehingga menyuguhkan suasana yang tenang dan damai.

Baca juga: 7 Aturan yang Harus Dipatuhi (& Alasannya) Saat Mengunjungi Pura di Bali

6. Desa Cempaga

Desa Cempaga di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng merupakan salah satu desa tua yang memiliki sejarah, budaya, tradisi, dan tarian sakral.

Beberapa tarian yang bisa dilihat di antaranya adalah tari jangkang, tari baris, tari pendet, dan tari rejang. Biasanya tarian sakral akan dibawakan di Pura Desa Cempaga. Wisatawan bisa melihatnya saat berkunjung ke sana pada waktu-waktu tertentu.

tari tradisional di desa cempaga

Selanjutnya ada juga Upacara Mecacar yang dilaksanakan di Pura sekitar pukul 01.00 WITA pada Upacara Galungan, Upacara Kuningan, dan Karya Agung Muayon.

Desa Cempaga memiliki alam yang asri dan bersih. Udaranya sejuk karena desa ini terletak di dataran tinggi. Sambil menikmati pemandangan, Anda bisa mengunjungi Restoran Sunset Hill yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa Cempaga.

Baca juga: 10 Pertunjukan Tari Tradisional Bali: Unik, Indah, dan Sayang untuk Dilewatkan!

Aturan Umum di Desa Adat Bali

1. Gunakan Tangan Kanan Anda Saat Memberi dan Menerima

menggunakan tangan kanan atau kedua tangan saat memberi dan menerima sesuatu

Di Indonesia, termasuk di Bali, menggunakan tangan kiri ketika memberikan sesuatu kepada seseorang (misalnya uang) umumnya dianggap tidak sopan. Lebih disukai jika Anda menggunakan tangan kanan atau, bahkan lebih baik, menggunakan kedua tangan. Kedengarannya cukup mudah, tetapi ini adalah gerakan sederhana yang dilupakan oleh banyak wisatawan mancanegara. Orang Indonesia sangat menyadari kebiasaan ini dan akan memperhatikan – dan menghargai – jika Anda mematuhinya.

2. Hati-hati saat Melangkah

jangan menginjak sesajen di Bali

Saat Anda menyusuri jalan-jalan Bali, Anda akan melihat bungkusan harum kecil yang terbuat dari daun palem di mana-mana, yang disebut sajen. Di sepanjang jalan akan tercium baunya, terutama di pagi hari. Sajen adalah hadiah yang dibuat untuk menenangkan para Dewa dan sering kali dihiasi dengan bunga dan dupa. Sajen biasanya ditempatkan di depan pintu masuk dan seringkali langsung di trotoar. Berhati-hatilah saat Anda melangkah: tidak ada yang lebih tidak sopan selain menginjak sesuatu yang dimaksudkan untuk para Dewa.

3. Tinggalkan Sepatu Anda Di Luar

tinggalkan sepatu di luar saat mengunjungi rumah penduduk setempat

Saat memasuki rumah orang atau bahkan kafe, dianggap tidak sopan untuk tetap mengenakan sepatu di Indonesia, termasuk Bali. Saat berkeliling jalanan, Anda bahkan akan melihat bahwa beberapa kafe memiliki banyak sekali sepatu yang terletak di depan pintu mereka. Cobalah kenakan alas kaki yang dapat dengan mudah Anda pakai dan lepas, karena kemungkinan besar Anda harus melepasnya secara teratur.

4. Berpakaian dengan Sopan

Diharapkan pengunjung berpakaian dan berperilaku sopan saat memasuki kampung adat, karena mereka masih sangat taat pada tradisi dan hukum adatnya. Ini termasuk menutupi untuk pria dan wanita, dan sarung atau syal adalah cara yang ideal untuk melakukan ini.


Itulah 6 desa adat di Bali yang harus Anda kunjungi. Setiap desa memiliki tradisi dan adat istiadat yang unik. Selalu hormati penduduk setempat dan budayanya, atau seperti yang mereka katakan – ketika di Bali, lakukan seperti yang dilakukan orang Bali! Semoga Anda menikmati liburan Anda di salah satu desa tersebut, dan sampai jumpa di Bali, Flokqers!


Sedang mencari pilihan sewa untuk liburan Anda di Bali? Flokq punya banyak pilihan kamar dan coliving di Bali dengan fasilitas beragam dan harga yang terjangkau! Klik tombol di bawah ini untuk mengetahui lebih lanjut.

Click Here to Check Out More Flokq’s Homes

Related Posts

No Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *